MUTIARA YANG HILANG
MUTIARA
YANG HILANG
Sejak bergulirnya
reformasi pada Mei 1998, Indonesia memasuki babak baru dalam proses Demokrasi. Era
demokrasi ini dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk memaknai demokrasi
dengan pola pikirnya sendiri, ironisnya mereka mengganggap bahwa demokrasi
adalah kebebasan berfikir dan seakan lepas dari norma dan kultural bangsa. Kesempatan
inilah yang dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk mengonceng kepentingan
publik terutama disaat Masyarakat sedang mengalami himpitan ekonomi yang luar
biasa, seakan mereka menjadi Pahlawan bagi orang-orang mustad’afin.
Sementara itu
Organisasi yang berazaskan Islam kehilangan pola untuk menentukan kesamaan Visi
dalam mengatur ritme perjuangan. Tidak mengherankan kalau kondisi ini dilihat
oleh kelompok Sosialis dan Kapitalis sebagai peluang untuk menghancurkan
pemikiran Ummat. Kesan ini jelas terlihat karena mereka bebas untuk
mengepresikan diri sesuai dengan idiologi mereka.
Pelajar Islam Indonesia
(PII) sebagai Organisasi yang bergerak secara idiologis tidak boleh membiarkan
kondisi ini berjalan terus menerus. Tetapi PII juga harus membangun kepercayaan
diri untuk membangun konsolidasi gerakan bersama organisasi Islam untuk maju
bersama membentengi Aqidah Ummat, Pelajar umumnya menjadi taget penghancuran
mereka terus berusaha untuk merombak pola fikir pelajar dan menjebak kehidupan
pelajar dalam warna abu-abu, dengan demikian akan lahir pelajar yang nota ben
beragama Islam tetapi pola hidupnya sudah jauh dari nilai-nilai Islam.
Diera demokrasi ini
kebebasan untuk mengepresikan diri diberikan kesempatan seluas-luasnya. Sehingga
siapa yang lebih siap akan mampu mempengaruhi masa (grass root). Siapa yang
lebih efektif maka dialah yang akan diikuti oleh masyarakat. Islam sebagai
Agama dakwah tidak mengharuskan kepada kita untuk berdiam melihat kondisi ini
terus menjadi, tetapi harus lebih agresief untuk membaca peluang dengan
melakukan variatas kerja yang lebih dinamis sehingga gerakan Islam tidak
menonton dan akhirnya kita akan dicintai oleh ummat.
Kelemahan PII secara
Internal adalah belum optimalnya peran Brigade dalam melakukan penguasaan
lapangan untuk mendeteksi gerakan lawan
dan mengimbaginya dengan counter effect yang cepat dan pasti. Brigade yang
bergerak dengan pola intelijen setidaknya akan mendapatkan informasi sebagai
bahan untuk dikembangkan dan kemudian dijabarkan dalam gerak cepat dan taktis. Paling
tidak kehadiran kita untuk merebut kembali hati ummat dapat membatasi langkah
musuh.
Untuk mengejar
ketinggalan PII dalam kancah perjuangan
Brigade harus menanamkan jiwa militan kepada setiap kader. Militansi adalah
modal awal untuk membangkitkan gerakan PII secara Universal. Tanpa militansi
kader PII akan kian melemah dalam belantika gerakan Islam.
Militansi tanpa Aqidah
juga bohong, seperti yang dibangun oleh kelompok kiri. Oleh karena itu sebagai
anggota Brigade kita juga harus menghidupkan nilai-nilai Islam dalam setiap
sendi-sendi kehidupan sehingga kegiatan yang kita lakukan nuansa yang terbangun
adalah Tauhiq, bahwa kita bejuang hanya untuk Allah S.W.T.
Brigade ibarat mutiara
yang hilang, untuk memunculkan kembali mutiara ini mari kita bergabung untuk
membangun kembali komitmen berjuang untuk menegakkan Syariat Islam dengan
semangat militansinya. Dan setiap anggota Brigade harus diembankan di pundaknya
sebuah amanah untuk berdakwah demi tegaknya Islam di muka Bumi ini. Dan bagaimana
setiap anggota Brigade memiliki kepekaan dan keberanian untuk melawan munculnya
Idiologi lain. Didalam benak kita harus tertanam bahwa kita tidak akan
membiarkan anak bangsa ini dicerai berai oleh kepentingan golongan mana pun dan
yang terpenting kita tanamkan tekad sekali, Islam akan tetap Islam selamanya,
bersetan dengan sosialis, kapitalis dan lain-lainnya.
Sejak hari ini tanamkan
jiwa perlawanan dalam hati kita, bahwa hidup kita hanya untuk Allah dan akan
sangat mulia apabila kita bisa mati ketika kita sedang berjuang untuk
menegakkan syariat-syariat-Nya. Perjuangan ini berat akan tetapi akan bertambah
berat apabila kita tidak memulainya pada hari ini, karena musuh sedang
menggerogoti ummat, sebagai anak ummat akan lebih mulia apabila kita melakukan
perlawanan dan tidak diam terhadap kedhaliman.
Kembalikan Mutiara yang
hilang untuk menyinari hati ummat yang sedang gersang, lupakan konflik Internal
yang sedang kita hadapi saat ini, itu merupakan peluang bagi musuh untuk
meruntuhkan persatuan, kesatuan dan kekuatan yang telah lama kita susun.
Sadar kah kita semua
???
Hari ini kita sudah di
adu domba oleh segelintir orang yang mereka anggap PII adalah sebagai lawan
mereka,
Sadar kah kita ???
Hari ini kita sudah
bertikai dengan sahabat-sahabat kita sendiri yang satu Visi dan satu Misi
dengan kita.
By.Koordinator Wilayah Brigade PII Aceh Periode
2012-2014
(
Cc.Tapas.file )
Tidak ada komentar
Posting Komentar